MARYAM SANG TAULADAN
RMN’29
Adalah hawa, perempuan pertama yang
diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam sebagaimana Allah Menciptakan Nabi Adam
sebagai manusia pertama. Dari sanalah terlahir cikal bakal keturunan manusia
seterusnya dari generasi ke generasi dari peradaban ke peradaban hingga zaman
ke zaman. Sebagaimana dalam Al – Qur’an Allah berfirman:
“ Wahai manusia bertakwalah kepada Allah yang
telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan Allah menciptakan
pasangannya (Hawa) dari dirinya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak ...” (QS An-Nisa/4: 1)
Perempuan, Allah ciptakan begitu
spesial. Hadirnya sepatutnya menjadi penentram hati, penenang jiwa dan sumber
kebahagiaan yang didesain begitu halus, namun bukan berarti rapuh. Perempuan
harus dihormati dan dicintai. Rasullullah Saw sendiri menyatakan bahwa
diciptakan oleh Allah buat beliau dari apa yang terhidang di dunia ini,
perempuan, dan wewangian dan sholat menjadi buah mata kesukaannya (HR an-Nasa’i).
Ada tiga fase secara garis besar dari
seorang perempuan. Pertama ketika ia menjadi seorang anak, kewajibannya adalah
menjadi anak yang berbakti pada orangtua sebagai kunci surga untuk kedua
orangtuanya. Kedua, saat tumbuh besar dan menjadi dewasa kemudian menikah dan
mempunyai suami timbullah kewajibannya untuk menjadi istri yang berbakti pada
suaminya, sebagai kunci surga untuk dirinya. Ketiga, saat ia mempunyai buah
hati atau keturunan, maka timbullah kewajibannya untuk menjadi ibu yang dapat
menghantarkan anaknya pada kesuksesan hakiki yang dari dirinya tersimpan kunci
surga.
Bahkan jika ditarik lebih jauh, wanita
sebagai tiang negara yang dari dirinya timbul kewajiban untuk mendidik
tunas-tunas bangsa sehingga baik atau buruknya suatu bangsa ditentukan oleh
perempuan. Namun point utama yang dibutuhkan untuk itu semua (perempuan sebagai
anak, istri, ibu dan tiang negara) adalah bagaimana menjadi perempuan yang
sholehah. Ketika menjadi anak, bagaimana menjadi anak yang sholehah, ketika
menjadi istri harus sholehah, pun ketika menjadi ibu kesholehannya akan di tuntut. Rasulullah Saw bersabda: “Dunia ini adalah
perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalihah”. (HR.Muslim) Maka dengan demikian akan
terwujudlah tujuan perempuan itu
diciptakan.
Namun dewasa ini kita harus dihadapkan
pada realita yang nyata, sekaligus menyakitkan bagi saya. Karena seorang
perempuan yang seharusnya di junjung tinggi dan di hormati, tetapi yang terjadi
pada saat ini adalah tindak kekeresan fisik maupun psikis
bahkan pelecehan seksual yang masih dialami oleh sebagian kaum perempuan.
ketika masihi anak-anak, kehormatannya telah
terenggut. Ketika menjadi seorang istri mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Dan menjadi ibu, nasihat-nasihanya tak di dengar bahkan di acuhkan oleh anaknya
sendiri. Rasanya keadilan belum berpihak pada kaum perempuan. Sifat perempuan
yang identik dengan kata “lemah” seolah selalu melekat pada mereka kaum yang
suka menindas.
Upaya-upaya penanganan dan pencegahan
saat ini menjadi sering terdengar, seminar maupun dialog interaktif disajikan.
Media televisi (talkshow) yang menayangkan khusus acara tentang “perempuan” pun
tersedia. Karena maraknya kasus-kasus yang korbannya sebagian besar adalah
perempuan. Terpuruknya perempuan saat ini adalah imbas dari ketidaktahuan,
ketidaksadaran dan ketidakmengertian mereka.
Adakalanya pada era modern ini kita
perlu kembali ke belakang untuk melihat
bahkan bercermin seperti apa perempuan seharusnya, seperti apa perempuan
harus bertindak dan seperti apa pula fungsi dan peran dari perempuan. Perlu
kita ketahui, bahwa tinggi rendahnya derajat seseorang bukan di dasarkan pada
jabatan, harta atau jenis kelamin, melainkan diukur dari ketakwaannya.
Ada beberapa figur atau tauladan yang
bisa dijadikan panutan untuk kaum perempuan terkhusus muslimah. Diantara sekian
banyak bahkan jutaan tokoh perempuan yang
telah menginspirasi dalam sejarah, di wilayah tanah air maupun diluar
sana. Saya tertarik untuk membahas tokoh perempuan dalam islam, yang kisahnya
diabadikan dalam Al-Qur’an.
Adalah keluarga ‘Imran, merupakan
keluarga terpilih serta taat kepada Allah Swt dan merupakan keluarga yang
dimuliakan oleh Allah diantara kaumnya. Kemuliaan ini salah satunya tercermin,
bahwa namanya diabadikan oleh Allah Swt.,dalam Al-Qur’an dengan nama
Ali-‘Imran. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga
Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat. Sebagai satu keturunan yang
sebagiannya turunan dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” Q.S Ali Imran/3: 33-34
‘Imran merupakan laki-laki sholeh yang
paling taat beribadah diantara kaum bani
Israil pada saat itu. Begitu juga istrinya, Hannah, merupakan wanita shalehah
yang sangat taat beribadah kepada Allah Swt. Akan tetapi Keluarga tersebut bersedih karena mendambakan
kehadiran sang buah hati yang tak kunjung hadir dan usia keduanya yang semakin
renta.
Akhirnya, Hannah bernazar kepada Allah;
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak
yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat. Karena itu
terimalah nazar itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” Q.S Ali-‘Imran/3: 35
Karena kegigihan, kesabaran, ketabahan
serta kekhusuannya dalam beribadah kepada Allah, dia diberi kabar gembira bahwa
akan dikaruniai seorang anak. Dari rahimnya lahir seorang wanita yang di
kemudian hari tercatat dalam sejarah peradaban manusia. Ia adalah siti maryam.
Awalnya Hannah menginginkan anak
laki-laki supaya bisa mengabdikan diri, tinggal di mihrab dan beribadah di
Masjid al-Aqsha, serta karena laki-laki lebih tegar dan sabar dalam hal
tanggung jawab kemakmuran tempat ibadah. Namun Allah menghendaki memberinya
seorang putri cantik nan suci. Allah menjelaskan bahwa Maryam bukanlah
sembarang wanita, tapi dia merupakan wanita yang akan menjadi wanita termulia
di seluruh alam.
Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika
para malaikat berkata, ‘Wahai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilihmu,
menyucikanmu, dan melebihkanmu diatas segala perempuan di seluruh alam (pada
masa itu).” Q.S Ali ‘Imran/3: 42
Dengan ayat ini Allah telah memberikan
jaminan bahwa Maryam justru lebih istimewa, dia lebih terpilih untuk menjadi
wanita tersuci. Kesuciannya ini merupakan buah dari kecerdasan yang diturunkan
dari keluarganya, juga dari pendidikan yang diberikan Nabi Zakaria kepadanya.
Sebagai wanita suci yang telah dipilih
Allah Swt keseharian Maryam hanya mengabdi kepada Nya. Selama dalam asuhan nabi
Zakaria, Maryam sangat jarang keluar,
bahkan bisa dikatakan tidak pernah keluar. Yang dia lakukan hanyalah beribadah,
bersyukur, bersujud, berdoa, serta memohon ampun kepada Allah Swt
Keimanan Maryam mulai diuji tatkala dia
rajin beribadah di mihrab, sedangkan dia tidak bekerja untuk mencari makan.
Akan tetapi, karena keteguhan imannya, Maryam langsung ditanggung materinya
oleh Allah Swt. Salah satunya hidangan makanan dari langit.
Tidak sampai disitu, ketika Malaikat
Jibril memberikan informasi bahwa Maryam akan menjadi seorang ibu. Dia akan
dikaruniai seorang putra, yang kelak akan menjadi nabi utusan Allah Swt.
Seorang nabi yang namanya telah Allah tentukan dan berikan sendiri, Isa. Dia
berkata:
“Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal tidak
ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Q.S Ali ‘Imran/3: 47
Sebagai hamba yang sangat taat kepada
Allah, dia menyadari bahwa semua ini adalah ujian dari-Nya, dan dia yakin bahwa
Allah Swt pasti memilik rencana yang terbaik baginya. Terlebih ketika Allah
menjelaskan bahwa Isa bukanlah manusia biasa dia akan menjadi seorang terkemuka
di alam semesta, dia akan dikaruniai
ilmu, hikmah, dan pengetahuan.
Mengetahui hal itu, Maryam kian
bertambah keyakinan dan keimanannya. Walaupun ketika dia harus berhadapan
dengan Bani Israil yang pasti akan mencemooh, mencerca, dan mencibirnya.
Baginya, itu adalah salah satu ujian yang diberikan kepada orang-orang yang beriman
kepada Allah Swt. Dalam sebuah surat dikatakan:
“... Padahal tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku
dan aku bukan (pula) seorang penzina!”. Q.S Maryam/19: 20
Allah Swt selalu memberikan yang
terbaik bagi orang yang selalu taat kepada-Nya. Nabi Zakaria as, adalah orang yang sholeh, maka
Allah telah memilihnya untuk mengasuh Maryam yang salehah, yang berasal dari
keluarga yang shaleh, bahkan Nabi Zakaria as, mendapatkan keturunan yang shaleh pula, yaitu
Nabi Yahya as, begitu juga dengan Maryam as, dia mendapatkan keturunan yang shaleh
juga yaitu Nabi Isa as.
Ini adalah salah satu figur nyata
potret keluarga yang taat kepada Allah, tidak hanya perempuan yang shalehah
namun didorong juga oleh sosok laki-laki yang sholeh. Sehingga terciptanya pula
keturunan yang sholeh dan sholehah penerus generasi bangsa.
Dialah Maryam seorang wanita yang
dilahirkan dari pasangan ‘Imran dan Hannah, yang bernazar keturunannya akan
mengabdikan diri kepada Allah swt di Bait al-Maqdis. Dialah Maryam seorang
perempuan yang dengan ketegarannya menghadapi ujian dari Allah Swt, sedang
ujian itu selalu di anggap bukti kecintakasihan Allah kepadanya. Dialah
perempuan yang paham siapa, untuk apa, dan dari mana dirinya berasal. Seorang
perempuan yang mengenal ibadah selama hidupnya. Seorang perempuan yang darinya
lahir seorang utusan mulia, hamba yang dilahirkan dengan kekuasaan Allah
terhadap perempuan ini.
Inilah yang perlu diperhatikan oleh
segenap kaum hawa khususnya, termasuk juga generasi bangsa pada umumnya agar
senantiasa memperteguh keimanannya dalam beragama. Mengapa? Karena seperti yang
telah dibahas di awal wanita adalah
tiang negara. Dan melalui perempuan, generasi terbaik bisa tumbuh. Apa yang
akan terjadi jika perempuan sekarang bobrok akhlaknya?
Sudah pasti negara ini akan amburadul.
Buktinya sudah berapa banyak perempuan yang terjerumus ke dalam pergaulan
bebas? Sudah berapa banyak bayi lahir tanpa adanya tali pernikahan? Berapa
banyak bayi terlantar dan di titipkan ke panti asuhan, lantaran malu menanggung
aib? Berapa banyak anak-anak yang tumbuh dengan mental yang lemah dan jauh dari
prestasi membanggakan karena sang ibu sibuk bekerja, lupa kalau dia punya anak?
Mungkin pada zaman sekarang akan sangat
sulit kita temukan wanita seperti Maryam, baik dari sisi bahwa dia wanita suci
seantero alam dimasanya, maupun dari sisi keimanan, keisalaman serta ketaatannya.
Oleh sebab itu, “maryam-Maryam”
berikutnya tentunya harus menjadi sebuah orientasi. Ia jauh dari akhlak buruk
dan lisan yang busuk. Inilah yang harus banyak diperhatikan.
Sebab, secantik apapun ia apabila jauh
dari keberagamaan, tentu akan sangat disayangkan. Namun sebaliknya, walau
seburuk apapun seorang wanita, jika agama dan akhlaknya bagus, maka ia akan
terlihat lebih baik, karena lisannya yang halus, agamanya yang bagus, dan juga
budi bahasanya yang mulus.
Hal ini senada dengan apa yang
dikatakan oleh Al-Khawarizi, penemu angka 0 (nol). Beliau menuturkan, “Kalau
perempuan berakhlak baik dan berpikir positif, ia adalah angka 1. Kalau ia juga
cantik, tambahkan 0, jadi 10. Kalau ia punya harta, imbuhkan lagi 0, jadi 100.
Kalau ia cerdas, imbuhkan lagi 0, jadi 1000. Jika wanita memiliki semuanya tapi
tidak memiliki yang pertama, ia hanya “000”, tak bernilai sama sekali.”
Hal yang terpenting yang bisa kita
pelajari dari Maryam adalah ketaatannya dalam menjalankan ajaran agama, sabar
dalam segala hal dan ujian, teguh dalam
keyakinannya, dia selalu konsisten akan apa yang menjadi prinsipnya, yaitu
takwa serta menjaga kehormatan atau kesucian diri. Ia pun menyabet gelar dari
Allah Swt langsung sebagai “wanita Suci”. Allah Swt berfirman:
“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman agar
menjaga pandangannyan dan memlihara
kemaluannya, dan janganlah menampakkan auratnya kecuali yang (biasa)
terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, ... “ Q.S
An-Nur/24: 31
Maka yang dibutuhkan saat ini minimal
adalah mencerna sifat-sifat para tauladan dari zaman terdahulu, seperti Maryam,
kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, agar kita menjadi hamba
Allah Swt yang senantiasa taat dan berbakti kepadaNya.
Salah satu pelajaran lagi yang bisa
kita petik pada ulasan tulisan ini adalah setinggi apapun tingkat keimanan,
keislaman serta ketakwaan kita, tak ada yang tahu apa rencana Allah untuk kita
ke depannya, apa rahasia yang akan terungkap. Ketika istri ‘Imran ingin
memiliki seorang putra, Allah memberinya seorang anak perempuan. Ketika Maryam
“perempuan suci” tak pernah tersentuh oleh seorang laki-laki pun, Allah
mengujinya dengan kehamilan. Allah lebih tahu akan apa yang dikandungnya, Allah
lebih tahu akan seperti apa masa depannya dan
jelas bahwa Allah lebih tahu yang terbaik bagi setiap hambanya.
“... Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu
baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik
bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Q.S Al-Baqarah/2: 216
Dan darinya, semoga kita semua baik
laki-laki maupun perempuan bisa mengambil pelajaran berharga lainnya. Darinya,
kita bisa mengambil banyak hikmah. Darinya, bisa kita dapatkan gambaran sosok
perempuan suci yang tak pernah ‘putus’ cinta dengan Allah Swt. Serta menjadi
tauladan yang patut kita tiru pada zaman sekarang.
3 komentar
Click here for komentarwah keren banget euy
ReplyAlhamdulillah, makasih
ReplyAlhamdulillah, makasih
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon