wilujeng sumping

wilujeng sumping

Mengenal Arti Cinta Yang Sejati



Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” Setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa; “Allahumma mushorrifal quluub shorrif  quluubanaa ‘ala tho’atik” [Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!] (HR. Muslim no. 2654).
Dewasa ini kita tidak asing dengan istilah cinta, bahkan kehadirannya pun diidamkan bagaikan sebuah candu. Akan tetapi makna kata cinta sekarang ini seakan sempit, diartikan cinta hanya pada lawan jenis atau kekasih atau pasangannya. Padahal lebih dari itu, makna dari kata cinta lebih luas lagi. Hakikatnya cinta yang paling utama adalah dengan penciptaan diri kita yaitu cinta sang Khalik pada Makhluk-Nya. Sering beulang-ulang kita mengawali doa atau aktifitas dengan mengawali mengucap basmallah yang berarti ”dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang”. selain itu cinta atas keluargapun tak kalah penting. Cintanya seorang ibu yang memperjuangkan melahirkan kita sampai merelakan dirinya antara hidup dan mati, cinta seorang ayah yang banting tulang menafkahi anak dan istri. Cinta persahabatan bagaimana seorang teman menyayangi temannya. Cinta kita pada sesama makhluknya seperti hewan, tumbuhan dan alam. Dan lebih luas lagi.
Cinta (mahabbah) kepada Allah seringkali dianggap sebagai tahapan akhir dari beberapa tahapan yang ada dalam sufisme. mahabbah (rasa cinta) adalah keinginan untuk memberikan hatinya, kepada kekasih. mahabbah atau cinta juga dapat diartikan sebagai kesatuan niat, kemauan dan cita-cita seseorang dengan sang kekasihnya.
Pada suatu ketika, ada laki-laki sahabat rabiah bernama Hasan al-Bashri yang berniat untuk menikahi Rabiah. bahkan para sahabat sufi lain di kota itu mendesak rabiah untuk menikah dengan sesama sufi pula. karena desakan itu, rabiah lalu mengatakan,
"Baiklah, akau akan menikah dengan seseorang yang paling pintar diantara kalian."
Mereka mengatakan Hasan al-Bashri-lah orangnya. Rabiah kemudian mengatakan kepada Hasan al-Bashri,
"Jika engkau dapat menjawab empat pertanyaanku, akupun akan bersedia menjadi istrimu." Hasan al-Bashri berkata, "Bertanyalah, dan jika Allah mengizinkanku, aku akan menjawab pertanyaanmu."
"Pertanyaan pertama," kata Rabiah, "apakah yang akan dikatakan oleh Hakim dunia ini saat kematianku nanti, akankah aku mati dalam Islam atau murtad?"
Hasan menjawab, "Hanya Allah Yang Maha Mengetahui yang dapat menjawab."
"Pertanyaan kedua, pada waktu aku dalam kuburku nanti,disaat Malaikat Munkar dan Nakir menanyaiku, dapatkah aku menjawabnya?"
Hasan menjawab. "Hanya Allah Yang Maha Mengetahui."
"Pertanyaan ketiga, pada saat manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar di hari perhitungan (yaumul hisab) semua nanti akan menerima buku catatan amal ditangan kanan dan tangan kiri. Bagaimana denganku, akankah aku menerima ditangan kanan atau ditangan kiri?"
Hasan kembali menjawab, "Hanya Allah Yang Maha Tahu."
"Pertanyaan terakhir, pada saat hari perhitungan nanti, sebagian manusia akan masuk surga dan sebagian lain masuk neraka. dikelompok manakah aku akan berada?"
Hasan lagi-lagi menjawab seperti jawaban semula bahwa hanya Allah saja Yang Maha Mengetahui semua rahasia yang tersembunyi itu.
Rabiah dipandang sebagai pelopor tasawuf mahabah (cinta mistik), yaitu penyerahan diri total kepada "kekasih" (Allah). hakikat tasawufnya adalah habbulillah ( mencintai Tuhan Allah Swt). ia senantiasa beribadah kepada Allah tanpa mengharapkan surga, yang mengandung segala kelezatan bagi nafsu, dan bagi pandangan mata. ia beribadah juga bukan disebabkan oleh karena takut terhadap neraka yang apinya menyala-nyala, sesungguhnya Rabiah Adawiyah beribadah kepada Allah, dalam keadaan cinta kepada Allah, cinta terhadap Dzat-Nya yang suci.
sikap cinta kepada dan karena Allah semata ini misalnya tergambar dalam syair rabiah sebagai berikut :
wahai Tuhanku, jika aku menyembahmu, karena takut dari siksa neraka-Mu maka bakarlah diriku dengan api itu. dan jika menyembah-Mu karena mengharapkan masuk ke surga-Mu, maka haramkanlah surga itu dari diriku. namun, jika aku menyembah-Mu, karena cinta kepada-Mu, maka berikanlah balasan-Mu yang besar itu kepadaku. izinkan aku menyaksikan wajah-Mu Yang Agung dan Mulia.
Cinta Rabiah kepada Sang Pencipta memberikan kita sebuah contoh tauladan, bagaimana seorang hamba harusnya dapat senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan tulus.
"katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi kamu dan mengampuni dosa-dosamu dan Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." (QS. Ali-Imrran {3}:31)
Disini Allah menjelaskan bahwa jalan untuk mendapatkan kasih-Nya ialah dengan mengikuti Rasulullah Saw, dalam melaksanakan segala perintah-Nya, serta menjauhi semua larangan-Nya. Seorang mukmin pecinta Allah pastilah mencintai apa apa yang di cintai-Nya pula. Rasulullah pernah berdoa: “Ya Allah karuniakan kepadaku kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu dan kecintaan apa saja yang mendekatkan diriku pada kecintaan-Mu. Jadikanlah dzat-Mu lebih aku cintai dari pada air yang dingin.”
Dalam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi. “(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. 5: 54).
Oleh karena itu mari kita kenali arti cinta yang sejati atau sesungguhnya karna kehidupan di dunia ini fana dan tidak abadi. Alangkah benarnya jika meng’uswah’/meneladi Rasulullah Saw sebagai pembawa risalah dan hamba yang Allah cintai. Semoga kita bisa mencintai-Nya dengan sebenar-benar cinta tulus yang dibalut dengan ketaatan, ketakwaan, dan istiqomah di jalan yang diridhoi-Nya. Aamiin

Previous
Next Post »