karya: Roni
Ahmad Bulqini
Cinta itu rela melakukan yang diinginkan sang pujaan dengan penuh
kerelaan dirinya tanpa syarat dan embel-embel lainya. Cinta itu menjadikan sang
pujaan sebagai wajah modelnya dengan mengikuti luka-liku perjalanan sang pujaan
dan nyaman hanyut terseret arus derasnya kehidupan sang pujaan. Cinta itu
percaya dengan segenap jiwa raga akan janji bahkan cerita sekalipun yang keluar
dari mulut sang pujaan tanpa terlintas rasa ragu akan kenyataan yang akan datang
menghampiri. Dan cinta itu tak pernah lelah dan bosan menyebut nama,
menceritakan kehidupan, dan membayangkan kebersamaan yang indah dengan sang pujaan
hati belahan jiwa. Setidaknya itu yang terjadi pada seseorang terhadap
pasangannya untuk menjadikan sebuah kehidupan didalam dimensi suka cita yang ia
ciptakan sebagai surga tempatnya menempuh perjalanan mengikuti sekenario yang
telah tuhan sediakan baginya.
Ditengah riuh kerumunan yang saling berdempetan takan terhiraukan,
yang ada hanya dia dan dirinya. Entah bagai mana namun begitu kenyataan yang
terjadi kepada yang sedang dibuai rasa cinta. Banyak kebohongan yang menjadi
madu dalam manisan, banyak kemunafikan yang menjadi bumbu dalam masakan, semua
lahap menikmati hidangan yang disajikan dengan penuh kerakusan, terbang
melayang dibuai gelombang gombalan yang tak seirama dengan kenyataan, banyak
bagian dalam hidupnya yang ditimbun demi menampilkan kesempurnaanya, setiap
pujian yang lahir jauh dari kenyataan itulah hinaan yang halus dengan kemasan
yang mewah, setiap yang ditimbun akan membusuk namun nyatanya sifat buruk yang
ditimbun bagaikan benih yang terus disiram dan dipupuk, akan tumbuh dengan
semakin kokoh. Berlebih-lebihan adalah sifat yang ditipkan pada syetan yang tak
boleh diambil manusia apalagi merampasnya, dan sebuah kebohongan akn terus
melahirkan kebohongan-kebohongan berikutnya selama belum kejujuran mereka
ciptakan.
Bercinta dengan nurani akan lebih mengutamakan menjaga mahkota
kehormatan sehingga saling meberi jarak bukan saling membagi jarak yang mungkin
akan menghadirkan tetesan air mata penuh penyesalan. ingatlah bunga yang mekar
selalu mengundang kumbang-kumbang yang berterbangan, sekali kumbang hinggap
sang bunga yang sedang mekar akan kehilangan madu terlebih kumbang akan pergi menjauhi
Bungan yang mulai layu. Naasib malang karena terlalu hanyut dalam pesona-pesona
indah hingga lupa letihnya berjalan didaratan suatu saat akan menuntun kedalam
hari-hari nestapa dengan hati terkubur duka serta tubuh penuh luka yang
mengalir darah dan nanah, luka yang terbungkus debu tebal nan kotor. Nasib
adalah milik sendiri yang diciptakan tanpa bantuan seorang kawan sekalipun,
saat diri direnggut petaka mereka hanya menatap kasihan sambil menarik napas
panjang dan mengelus dada kenudian berlalu.
Banyak orang mencari kebahagiaan dalam tumpukan cinta yang mengatas
namakan kasih dan sayang, namun yang diraih tak lebih dari letih dan dahaga,
rela mempertuan pada apa yang telah merampas ketenangan jiwanya, ketenangan
setenang air danau dimalam hari kini pergi menjadi abdi nafsunya. Tiap mereka
akan kembali pada rumahnya, cari dan tunggu disana tempat untuk temukan apa
yang selama ini kau cari, disana, dirumahnya. Banyak yang bertuankan cinta
namun tak tahu siapa yang menaruh rasa cinta dalam qalbu, bersusah payah
berkelahi dengan keadaan mengemis cinta pada sang pujaan tanpa menyuguhkan
permohonan pada pemilik sekaligus pencipta cinta, panggil, dan bernaung
pada-Nya sampai Dia menyajikan cinta-Nya untukmu.
Itulah cinta, dan apa yang terjadi pada tiap-tiap kita bersama
pasangannya. lalu bukti apa yang sudah diberikan untuk meyakinkan bahwa qalbu
ini mencintai sang utusan yang maha Agung? Hanya untuk memanggil-manggil
namanya saja sudah berat hati sedangkan cinta tanpa perintah dan paksaan. Ucapan
amatlah jauh dengan sejatinya, perbuatan dan tingkah laku berlainan
dipersimpangan, ternyata memang tak ada ataupun belum ada rasa cinta untuk
kekasih sanghyang agung dalam ruang qalbu.
Bagaimana menikmati jamuan makan malam jika seseorang tak pernah
masuk kedalam rumah yang menghidangkan masakan istimewa untuk para tamu, jika
malu masuk tanpa permisi ingatlah itu rumahmu, rumah yang selalu menaungimu
dari terik sengatan mentari, rumah yang selalu melidungimu dari hujan dan
badai, rumah yang melindungimu dari jamahan dinginnya angin malam, masuklah
singasana selalu menanti dan jadilah tuan atas nafsumu bukan malah mempertuan
tamu dirumah sendiri.
Itulah seorang muslim yang karena cinta kasih sejatinya menjadi
sebab bahagia dan selamat, orang yang pasrah mengikuti jalan aturan yang telah
tergores dalam sebuah karya sabda-Nya. Islam diberikan sebagai penyelamat bagi
orang yang mengembara mencari keselamatan, bukan islam yang diperjuangkan
supaya berdiri tegak tak tergoyangkan, bendera berkibar-kibar diatas tiang
tinggi menjulang, tapi keislaman diri yang harus dijaga dan dirawat hingga tumbuh
besar berbunga dan berbuah, tumbuh dengan kokoh bak karang dilautan yang
diterjang ombak setiap saat namun tak pernah bergeser. Keislaman yang tumbuh
besar berakar mencengkram bumi dengan kepasrahan pada illahi dan utusanya hasil
dari pupuk cinta dan kasihnya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon